Tampilkan postingan dengan label Asahduren Sekarang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asahduren Sekarang. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Mei 2009

ASAHDUREN SEKARANG

Desa Asahduren berada di wilayah Kecamatan Pekutatan, Jembrana. Letaknya sekitar 32 km ke arah timur kota Negara. Desa penghasil cengkeh ini termasuk dataran tinggi karena posisinya berada sekitar 350 meter di atas permukaan laut. Karena posisinya ini, warga di desa yang memiliki tiga banjar (Lebih, Asahduren dan Temukus) ini mengandalkan sektor perkebunan khususnya cengkeh dan coklat sebagai penghasilan utama mereka. Dan, berkat tanaman itu pulalah berbagai pembangunan termasuk peningkatan SDM warga bisa terwujud di wilayah Bumi Makepung ini.

Sepanjang perjalanan menuju Desa Asahduren, selain wajah perkebunan yang menonjol, juga terlihat panorama alam yang indah. Deretan pohon cengkeh tumbuh dengan suburnya. Pohon-pohon cengkeh inilah yang menjadi andalan warga Asahduren yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani kebun. Penduduk desa terdiri atas 787 KK atau 3.478 jiwa (1.696 laki-laki dan 1.782 perempuan).

Desa yang dipimpin Kades Asahduren I NYOMAN MANDIA ini memiliki luas wilayah 6.641,85 ha. Luasan ini terdiri atas pemukiman (12,867 ha), pekarangan (12,867 ha), tegal (499,806 ha), hutan (1.500 ha) dan lahan untuk kepentingan lainnya. Di tegalan, warga menanam cengkeh, coklat, kopi, kelapa dan pisang.

Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani khususnya petani kebun. ''Cengkeh merupakan andalan mereka di samping tanaman kebun yang lain,'' . Karena begitu dominannya hasil cengkeh, maka tak heran dalam lambang Desa Asahduren pun terdapat gambar cengkeh di bagian tengah.

Cengkah-cengkeh yang sudah dipetik oleh petani langsung dikeringkan. Selanjutkan cengkeh kering ini dibawa ke pengepul. Pembeli dari luar Jembrana biasanya berhubungan dengan pengepul untuk mendapatkan cengkeh Asahduren.

Bendesa Pakraman Asahduren I NYOMAN GARA menambahkan, cengkeh mulai ditanam sekitar tahun 1965. Sebelum itu, warga lebih banyak menanam ubi, kopi, pisang dan kelapa. ''Sekitar tahun 1965, tokoh-tokoh desa mendapat bantuan bibit cengkeh. Bibit tersebut ditanam dan terus dikembangkan hingga saat ini,''jelasnya.

Cengkeh menjadi primadona mulai tahun 1981 sampai saat ini, tambahnya. Dia menjelaskan sejak adanya cengkeh, warga sudah mulai bisa meningkatkan taraf hidup. Pendidikan warga terus meningkat dan usaha yang dilakoni juga terus mengalami perkembangan yang signifikan. Selain mengandalkan perkebunan, beberapa warga ada juga yang bergerak di sektor peternakan dengan memelihara ayam, kambing dan babi.

Secara umum kondisi desa yang berbatasan dengan Desa Manggissari (utara), Desa Pekutatan (selatan), hutan negara di bagian barat dan Sungai Pangyangan di sebelah timur terbilang sangat subur dan warganya cukup makmur. Kehidupan warga juga rukun. Desa ini juga memiliki motto

''Sirna Ikang Naraka Mahar Dhika Puweking Bhuwana''

yang berarti Hilang Kemelaratan dan Makmurlah Desa Itu.
** Baca Selengkapnya...